Sejak ku tak sengaja menemukanmu
Di bangku usang tua kecoklatan
Suatu waktu masa kuliah Matematika
Di Gedung panjang dan tua berlantai tiga
Saat itu hatiku berbunga-bunga
Kau ulurkan tangan mungilmu
Kusambut dan kurengkuh kuat
Dan sontak kusebut namaku malu-malu
Didepan sana mahaguru bertutur kata
Menghadap kayu hitam menulis angka
Tak kupedulikan itu semua
Kucuri pandang demi menatap wajah penuh cinta
Hari-hari demi hari serasa disurga
Pergi kuliah menjadi utama
Tak peduli hujan dan panas
Demi puasnya hasrat menikmati wajahmu
Seperti petir disiang hari menggelegar
saat kau terima hasrat hati terdalam
menjadikan dirimu belahan jiwa
kau terima meski agak terpaksa
Dibalik besarnya pilar-pilar
Dimana berpasang mahasiswa lain belajar
Ku rangkai kata indah agar kau sadar
Akan sebuah cintaku yang begitu besar
Kita lama duduk senyap terdiam dan bisu
Yang ada tak jemu menatap wajah ayumu
Rambutmu tersingkap diterpa angin nakal
Seperti nakalnya pikiranku memandangimu
Pelan tapi pasti waktu berjalan’
Tak sadar siang berganti petang
Ku ajak dirimu pulang
Kaupun menggangguk mengiyakan
Berjalan menyusuri lebatnya hutan
Kuraih lenganmu kutunjukan kemesraan
Pohon besar dan burung malam jadi saksi
Kepasrahan untuk sebuah cinta suci
Terima kasih dik,
Kau telah ajari aku sebuah arti cinta
Kau telah tuntun aku ke tempat sperti surga
Kau bimbing aku ke sebuah telaga cinta
Dan kureguk air cinta sepuas-puasnya.
No comments:
Post a Comment